ternyata selama ini yang aku alamin dan bikin penasaran itu : Deja vu
mungkin udah beratus-ratus kali aku ngalamin ini. jadi, pada suatu keadaan aku merasa bahwa keadaan ini pernah terjadi, suasananya, orang-orangnya, keadaanku,dll. kalo ngalamin itu aku kadang kaget *lhoh!. kok bisa begini?. tanya-tanya sama temen ternyata mereka juga ada yang ngalamin. aku trus bingung tu...malah semper berfikir, kalo dulu kita tu pernah hidup trus karena ada suatu kejadian, kita mengulangi hidup lagi.LOL!,,,hahaha.
daripada bingung aku search di pakde google, keyword : kenapa seseorang bisa merasakan suatu keadaan yang pernah terjadi. trus yang keluar Dejavu..deja vu...
dan ini selengkapnya yang telah memecahkan penasaranku ^_^.
(btw ini aku cuman copas dari wikipedia sama sainspop.blogspot.com ckckckck)
Déjà vu(Pengucapan
dalam bahasa Inggris : /ˈdeɪʒɑː ˈvuː/ , bahasa Perancis : /deˈʒa ˈvyː/)
adalah sebuah frasa Perancisdan artinya secara harafiah adalah "pernah lihat
/ pernah merasa". Maksudnya mengalami sesuatu pengalaman yang dirasakan
pernah dialami sebelumnya. Fenomena ini juga disebut dengan istilah paramnesia dari bahasa Yunani para (παρα) yang artinya ialah
"sejajar" dan mnimi (μνήμη) "ingatan".
Menurut para pakar,
setidaknya 70% penduduk bumi pernah mengalami fenomena ini. Hampir semua dari
kita pernah mengalami apa yang dinamakan deja vu: sebuah perasaan aneh yang
mengatakan bahwa peristiwa baru yang sedang kita rasakan sebenarnya pernah kita
alami jauh sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang
dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang
ditonton.
Lebih anehnya lagi, kita
juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan
bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu
hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan
peristiwa baru itu.
Keanehan fenomena deja
vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan
sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu
sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita
dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Bagaimana
penjelasan ilmu psikologi sendiri?
Terkait dengan Umur.
beberapa ilmuwan beranggapan bahwa deja vu
terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak
(dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh
sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu
yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama
“optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu
ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman,
pendengaran, dan perabaannya.
Selain itu, sebelumnya
Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan pula penderita
deja vu kronis: orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci
peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu
menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal
belum), dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati
‘penyakit’nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan
hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi,
para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan
kita.
Baru-baru ini, sebuah
eksperimen pada tikus mungkin dapat memberi pencerahan baru mengenai asal-usul
deja vu yang sebenarnya. Susumu Tonegawa, seorang neuroscientist MIT,
membiakkan sejumlah tikus yang tidak memiliki dentate gyrus, sebuah bagian
kecil dari hippocampus, yang berfungsi normal. Bagian ini sebelumnya diketahui
terkait dengan ingatan episodik, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi
kita. Ketika menjumpai sebuah situasi, dentate gyrus akan mencatat tanda-tanda visual,
audio, bau, waktu, dan tanda-tanda lainnya dari panca indra untuk dicocokkan
dengan ingatan episodik kita. Jika tidak ada yang cocok, situasi ini akan
‘didaftarkan’ sebagai pengalaman baru dan dicatat untuk pembandingan di masa
depan.
Menurut Tonegawa, tikus
normal mempunyai kemampuan yang sama seperti manusia dalam mencocokkan
persamaan dan perbedaan antara beberapa situasi. Namun, seperti yang telah
diduga, tikus-tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian
mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal
ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat
seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti
Alzheimer: kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal
tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.
Beberapa Jenis Deja vu
Deja Senti: perasaan ini merujuk pada sesuatu "yang sudah dirasakan". Hal itu merupakan fenomena kejiwaan dan para peneliti meyakini bahwa sesuatu yang telah dirasakan di masa lalu itu sangat mirip dengan yang dirasakan saat ini. Kesamaan pada kedua pengalaman tersebut membuat seseorang merasa bahwa dia telah merasakan hal yang sama di masa lalu.
Deja Vecu: suatu perasaan bahwasanya segala sesuatu yang sedang terjadi baru saja itu identik dengan apa yang terjadi sebelumnya serta satu gagasan tidak wajar tentang apa yang akan terjadi berikutnya, diterminologikan sebagai Deja vecu. Seseorang yang mengalami perasaan Deja vecu mengklaim telah mengetahui apa yang sedikit lagi akan terjadi dan kadang kala merasa telah mengingat hal tersebut.
Deja Visite: Bentuk Deja vu ini merupakan suatu perasaan pernah mengunjungi suatu tempat yang benar-benar baru. Seseorang yang mengalami bentuk Deja vu ini mengklaim memiliki pengetahuan tentang sebuah tempat yang belum dikunjungi. Seseorang mengklaim mengetahui letak geografi suatu tempat, ketika dia belum pernah ke sana dalam kenyataannya. Deja visite dicirikhaskan dengan sebuah pengetahuan tidak wajar tentang suatu tempat yang belum pernah dikunjungi.
Deja Senti: perasaan ini merujuk pada sesuatu "yang sudah dirasakan". Hal itu merupakan fenomena kejiwaan dan para peneliti meyakini bahwa sesuatu yang telah dirasakan di masa lalu itu sangat mirip dengan yang dirasakan saat ini. Kesamaan pada kedua pengalaman tersebut membuat seseorang merasa bahwa dia telah merasakan hal yang sama di masa lalu.
Deja Vecu: suatu perasaan bahwasanya segala sesuatu yang sedang terjadi baru saja itu identik dengan apa yang terjadi sebelumnya serta satu gagasan tidak wajar tentang apa yang akan terjadi berikutnya, diterminologikan sebagai Deja vecu. Seseorang yang mengalami perasaan Deja vecu mengklaim telah mengetahui apa yang sedikit lagi akan terjadi dan kadang kala merasa telah mengingat hal tersebut.
Deja Visite: Bentuk Deja vu ini merupakan suatu perasaan pernah mengunjungi suatu tempat yang benar-benar baru. Seseorang yang mengalami bentuk Deja vu ini mengklaim memiliki pengetahuan tentang sebuah tempat yang belum dikunjungi. Seseorang mengklaim mengetahui letak geografi suatu tempat, ketika dia belum pernah ke sana dalam kenyataannya. Deja visite dicirikhaskan dengan sebuah pengetahuan tidak wajar tentang suatu tempat yang belum pernah dikunjungi.
~~~selengkapnya cari di google~~~
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Post a Comment