Gaya Pemberitaan Detik.com vs Tempo.co vs Tribunnews.com
google.com
Media online kini semakin populer dikalangan masyarakat terutama Indonesia. Kemudahan akses dan ke up-date an berita menjadi pilihan masyarakat dibanding media cetak. Banyak media online bermunculan di Indonesia, misalnaya, Detik.com, Kompas.com, Tribunnews.com, Vivanews.com, okezone.com, Tempo.co, Republika.com, dan lain sebagainya. Semuanya menyajikan berita-berita nusantara maupun mancanegara, dengan berbagai pilihan rubrik, misalnya bola, infotainment, tekno, kriminal, peristiwa, bisnis, lifestyle, dll.
Berbagai media online tersebut pasti memiliki gayanya masing-masing. tentunya dengan kelebihan dan keurangannya. Disini saya akan membahas tentang gaya pemberitanaan dari detik.com, Tempo.co dan tribunnews.com. bukan membandingkan sebetulnya, hanya mengulasnya masing-masing. so check it out!.
Saya tidak akan membahas secara satu berita, tapi saya membahas gaya beritannya, jadi menggunakan beberapa berita. Kalau hanya membahas satu berita akan sulit terlihat elemen-elemen gaya pemberitaannya. kemudian juga agar mudah menganalisa style yang sering dipakai. langsung saja.
Detik.com mengudara sejak tahun 1998. Kekhasan Detik.com yakni pada cara penyajian berita, yakni ringkas, santai, judul yang provokatif. Ringkas disini bermaksud berita yang pendek 4-5 paragraf saja dan to the point. Santai dalam artian, penggunaan bahasa yang tidak terlalu berat atau tidak menunjukan bahasa yang high class. Judul yang provokatif dan sedikit bermain konotasi.
Contoh :
“Soal 'Gol Hantu'-nya, Kiessling Berkelit”
“Ini Liku-liku Terbongkarnya Skenario Herry”
“Ini Penampakan Kampung Liar yang Jadi Serangan Nurhayati ke Jokowi”
“Bermake-up Tidak Lazim, Ini Aksi Manten Edan-edanan yang Pikat Tamu VVIP”
“Soal Foto Bunda Putri Sematkan Pin, Gita: Dia Nyalip Mau Nyematin”
Detik.com
selalu menampilkan berita atau informasi dengan bahasa yang tidak begitu
formal, dan begitu pula dengan analisa berita yang ditulis tidak begitu tajam
sehingga memudahkan para pembaca untuk membacanya.
“…kehadiran
manten atau pengantin edan-edanan menjadi daya tarik tersendiri bagi para tamu
pernikahan putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X. Seperti
apa mereka dan bagaimana aksinya?”
“..Pengantin
pria membawa kuda lumping dan tongkat kayu laiknya tombak. Wajah dimake-up menyerupai badut. Demikian pula dengan pasangannya.
Pemeran pengantin wanita juga dengan make-up tidak
karuan. Mereka membawa …”
Jika dilihat dari, bahasa dan
analisa berita, target pembaca dari Detik.com adalah kalangan remaja atau anak muda. Sehingga penggunaan bahasanya lebih informal Atau bisa saja disebut bahasa
“pop”, yang biasa didengar di penggunaan bahasa sehari-hari). Kemudian juga
didukung dengan desain web yang cukup menarik .
“Menurut
Gita, saat ada acara penyematan pin, seharusnya orang lain yang melakukan. Namun
sosok Bunda Putri tersebut menyerobot dan
menyematkan pin di dada kanannya.”
[dikutip dari : http://news.detik.com/read/2013/10/22/204922/2392764/10/soal-foto-bunda-putri-sematkan-pin-gita-dia-nyalip-mau-nyematin?9911012]
Dalam
mempublikasikan suatu berita atau informasi, Detik.com termasuk yang
paling cekatan dan cepat. Berita-berita
di Detik.com lebih cepat untuk keluar atau terupdate. Detik mementingkan kecepatan informasi. Dari namanya saja
dapat dipahami bahwa nilai kehangatan berita menjadi hal yang penting dari
detik.com. dari namanya saja sudah terlihat “detik”. Di detik.com, satu
permasalahan bisa dijadikan banyak sub-sub berita, satu kasus di beritakan
berulang kali dengan judul yang berbeda. Data yang diberikan oleh detik.com
tidak terlalu mendetail dan kebanyakan dari tulisannya lebih membahas permukaan
masalah. Satu judul itu dibahas sesuai
kejadian itu saja.
Jika ditinjau dari Sembilan elemen
jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, yang terlihat kasat mata dari Detik.com
adalah elemen sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Detik.com telah
menunjukan pengawasannya kepada lembaga/pemerintahan. Terlihat dari
pemberitaannya.
“Saksi
dari Pegawai Pajak Akui Terima Uang Rp 200 Juta dari PT Delta Internusa”
“Penjelasan
Bea Cukai Tentang Ban Bekas Pesawat Lion Air yang Ditahan”.
Elemen selanjutnya yaitu tentang
menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik. Di Detik.com pembaca
yang ingin komentar disediakan kolom komentar dibawah bacaan berita. Dengan mudah
memberikan komentar tanpa harus registrasi dan sebangainya. Namun yang
disayangan disini, karena kemudah berkomentar tersebut, banyak sekali
komentar-komentar yang melanggar tatakrama. Komentar-komentar di detik.com
sering kali menggunakan bahasa yang tidak layak dipublikasikan. Komentar-komentar
kurang cerdas dan terlihat sekedar nyampah, saling mengejek dan sebagainya. Silahkan
cek sendiri.
Kemudian elemen berupaya membuat hal
yang penting itu menarik dan relevan, jurnalisme adalah kepada masyarakat,
jurnalisme adalah kepada kebenaran juga sudah masuk kriteria. Namun untuk
elemen disiplin verifikasi masih belum bisa dipastikan, berhubung detik.com ini
mementingkan aspek kecepatan dan update. Mungkin saja deverifikasi namun belum
terlalu mendalam.
Demikian untuk Detik.com dan selanjutnya adalah gaya pemberitaan Tempo.co.
Tempo.co yang mengudara sejak 1996, dalam peberitaannya menitik beratkan pada jurnalis, maka isi beritanya terkadang lebih
formal dan lengkap.
Pada Tempo.com, bahasa yang digunakan jauh terkesan formal, bahasa yang rapi, dan juga
dengan bahasan atau ulasan mengenai suatu berita memang benar diruntutkan sesuai apa yang terjadi di TKP.
"Vicky mengatakan, Airin juga tak terlihat di apartemen tempat rombongan kepala daerah asal Indonesia itu menginap. “Sebagai ketua kelas, saya SMS ke beliau, dan beliau minta maaf karena sudah tidak dapat hadir di kampus,” kata Vicky. (Baca: Airin: Alhamdulillah, Suami Saya Sehat)"
"Vicky mengatakan, Airin juga tak terlihat di apartemen tempat rombongan kepala daerah asal Indonesia itu menginap. “Sebagai ketua kelas, saya SMS ke beliau, dan beliau minta maaf karena sudah tidak dapat hadir di kampus,” kata Vicky. (Baca: Airin: Alhamdulillah, Suami Saya Sehat)"
Jika dilihat dari penampilan desain,
bahasa dan analisa berita, target pembaca dari Tempo.co adalah semua kalangan.
Tempo.co punya ke khasan dalm konten penulisan berita. Dalam tempo.co, tulisan disampaikan
dengan lebih detail. DImana diceritakan runtutan kejadian dalam suatu kasus, pendapat-pendapat dari narasumber memperkuat inti berita dan juga contohnya.
" Contohnya, pendaftar di SSB ..."
" Ihwal keterangan saksi, Sla.."
"
" Ihwal keterangan saksi, Sla.."
Untuk Bahasan di tempo.co, mereka terlihat suka memberitakan kasus mistery. Dan lagi-lagi mereka tuliskan secara runtut.
Tempo.co memenuhi elemen esensi
jurnalisme adalah disiplin verifikasi dan kewajiban pertama jurnalisme adalah pada
kebenaran sangat terlihat. Ini dibuktikan dari setiap berita tempo.co selalu
memunculkan omongan narasumber.
"Pada 9 Oktober 2013, Kementerian, lewat staf ahli Kementerian Dalam Negeri Rey Donnyzar Moenek, memastikan bahwa..."
Selalu
di awal paragraf di tulisakan kata-kata yang sesuai sumber dan bukti, sehingga
disini pembaca akan merasa yakin atau percaya dengan pemberitaan tersebut.
"Oleh sebab itu, Seto menilai p..."
"Adnan mengatakan langkah itu ..."
Berita di Tempo.com tidak sependek detik.com, Pada tempo.co ini diperbanyak penjelasan-penjelasan, sehingga setiap beritannya terdiri dari 9-10 paragraf(tidak terkesan sedikit). Penjabaran lebih mendetail. Pengulasan berita disambung-sambungkan dengan bukti yang ada. setiap berita dibahas duduk permasalahannya, sehingga orang yang tidak mengikuti perkembangan berita tersebutpun bisa mengetahuinya pada satu kolom berita, walau memang tidak selengkap jika mengikuti berita tersebut.
Penggunaan Judul terlihat to the point, langsung menggambarkan topik yang dibicarakan. Menggunakan kata sehari-hari, mudah dipahami.
"Pengacara Tak Tahu Suami Airin Punya Wanita Lain"
"Menteri Gamawan: FPI Aset yang Perlu Dipelihara"
"Soal Kasus Wawan, Adnan Buyung Mau Gugat KPK"
Dan menurut saya, tempo.com adalah media online yang paling memenuhi elemen jurnalisme dari Bill Kovach dan Tom Rosentiel. Kebenaran, loyalitas citizen, disiplin verifikasi, independen, pemantau, forum kritik, menarik relevan.
Untuk forum komentar, Tempo.co memang menyediakan. Tetapi, untuk memberi komentar, pembaca harus registrasi, dan itu cukup mempersulit berbeda dengan detik.com yang sangat mudah memberi komentar. entah untuk penyarikan komentar atau ada motif lain dari registrasi komentar ini.
Gaya pemberitaan yang terakhir yaitu tentang gaya pemberitaan Tribunnews.com. sebenarnya, tribunnews.com ini bisa dibilang anakan dari kompas.com, kompas gramedia menerbitkan tribunnews.com untuk situs lokal atau daerah. Namun Kesini, tribunnews.com terlihat seperti media online nasional.
Berhubung anakan dari kompas.com, jadi gaya tribunnews.com ini tida berbeda jauh dari kompas.com. dilihat dari desin web, sekilas memang seperti gaya kompas.com. secara konten berita, tribunnews.com seperti perpaduan antara kompas dan detik.
Ditinjau
dari judul berita. Sebenarnya tidak jauh besa dengan kompas, condong ke kompas.
Judul yang agak berat, mengandung kata yang jadi garis bawah topik namun
sedikit unik.
“Terkait
Bunda Putri, Pohan: PKS Menabrak Etika Berpolitik”
Kata
menabrak dalam judul diatas semacam kiasan yang unik. Kalau kita membayangkan
kata “menabrak” pasti dihubungkan dengan benturan keras dua elemen. Tabrakan mobil
misanya, atau tabrakan saat dua orang berpapasan. Namun, penulis memilih kata “menabrak”
pada maksud melanggar. Mungkin kalau judulnya “Terkait Bunda Putri, Pohan: PKS
Melanggar Etika Berpolitik” , judul tersebut terasa datar, kata-katanya biasa,
tidak mengandung unsur eye catching. Kita
semua tau, kalau judul mempengaruhi minat pembaca untuk membaca berita/artikel
atau sebut saja konten dari judul tersebut. Contoh lainnya:
“Sudi
Silalahi akan Ajak Menteri yang Merasa 'Ditembaki' untuk Hadapi Nazaruddin”
“Polisi
Kembali Blokir Rekening Pengusaha Terkait Patgulipat Pajak Rp 21 Miliar”
Secara
pemilihan bahasa, tribunnews.com ini menggunakan bahasa formal, baku, dan high class. Bahasa yang tertata rapi dan
tidak bertele-tele.
“Proses
eliminasi Jokowi dan Prabowo dengan dalil bahwa
keduanya hanya "capres wacana" merupakan bentuk intervensi dari lembaga survei, dan merupakan bentuk
pelanggaran etika profesi peneliti.”
Namun,
kadang kala tribunnews.com menggunakan kata-kata yang kiasan yang lebih ke
sinonimnya. Kata-kata ini cukup eye catching pembaca.
“Wakil
Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan kecewa kepada Partai
Keadilan Sejahtera. Menurutnya, sejumlah petinggi partai tersebut seperti
sengaja ingin menghantam Partai Demokrat dengan
cara menyeret nama Bunda Putri dalam kasus
dugaan suap kuota impor daging sapi.
Kata
menghantam dan menyeret mungkin terdengar agak kasar, namun disitu adalah sisi
menariknya. Menghantam dalam artian memberi
cobaan, menguji, mengusik, menjatuhkan. Kata Menyeret berhubungan dengan mengkait-kaitkan.
[klik gambar untuk melihat laman berita]
Jika dilihat dari kedua berita diatas,
untuk elemen cover both side, tribunnews tidak memihak pada satu pihak. Tribunnews.com
terlihat hanya mejelaskan apa yang narasumber bicarakan. Kadang berita di
tribunnews terlihat hanya menyampaikan statemen narasumber. Dan kadang member ulasan
perkara, walau hanya sebatas mengingatkan.
Tribunnews
terlihat menjunjung elemen independen dari pihak yang merka liput. Ini terlihat
dari artikelnya yang selalu mengutarakan statemen narasumber. Namun disini,
elemen untuk mengikuti suara nurani mereka terlihat kurang. Penulis tidak
terlihat memberikan analisa dari suatu kasus tersebut. Penulis sekali lagi
hanya mengutarakan statemen narasumber, namun hal tersebut memang tidaklah
mutlak. Tapi dari dua berita diatas, memang begitulah yang terlihat.
Tapi dari dari hal yang saya sebutkan di paragraf sebelumnya, tribunnews terlihat mengutamakan elemen kewajiban adalah pada kebenaran. yang mereka bahas adalah stetemen narasumber, maka dari situ jela-jelas sudah kelihatan nilai kebenarannya (namun entah narasumbernya jujur atau tidak). kebenaran disni adalah kebenaran akan narasumber.
"Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR ini menilai"
Untuk elemen verifikasi sudah terlihat tapi verifikasi akan narasumber, kalau verifikasi tentang duduk perkara permasalahan berita sebenarnya saya kurang tau.
Kesimpulannya, sebuah media online tidaklah ada yang sempurna, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Semua tentunya berpedoman pada aturan jurnalisme. dari ketiga media online yang saya bahas diatas tidak ada media yang melenceng. Ya tentu ada kekurangan-kekurangan tapi semuanya masih pada tatanan semestinya.
Dan mana media online yang cocok diterapkan pada mediacenterstan.com, kalau menurut saya adalah tempo.com. kenapa?. karena pemberitaannya yang terlihat mengutamakan kebenaran, verifikasi,dan keakuratan. Analisa beritanya terlihat mendalam. membahas dari duduk permasalahnnya. Tutur bahasa yang rapi, dinamis, menarik, dan rintut.
Dan jika boleh menambahkan untuk desain web, saya memilih tribunnews.com. peletakan topik pilihan, berita pilihan, terpopuler, terbaru, iklan, dll terlihat rapi. Ditambah aksesnya lumayan ringan.
Tetapi sebenarnya akan lebih baik jika dari ketiganya untuk digabungkan. Berita dari tempo.co, kecepatan berita dari detik.com, kolom komentar dan desain dari tribunnews.com. Bukankah akan terlihat lebih sempurna jika digabungkan?? :D
Sekian dari ulasan saya, mohon maaf jika ada banyak kesalahan, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah sedangkan saya hanyalah orang awam. Tolong beri saya kritik dan saran maupun koreksi.
source: detik.com | Tempo.co | tribunnews.com ~THANKS A LOT
SALAM MAGANGers
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
ulasannya oke, sudah ada screen capture dan URL sumber juga untuk memperjelas. Good, keep the good job! :D
ReplyDeletePerhatikan lagi masalah ejaan, terutama bahasa asing. Kata yang mendapat sorotan atau penekanan tidak perlu dimiringkan, cukup diberi tanda petik.