Bermain dengan alam sesungguhnya adalah sebuah candu. Sejatinya hidup di dunia ini adalah mencari sebuah kedamaian. Dan alam memberikannya dengan cuma-cuma. Maka bermain dengan alam adalah sebuah tindakan yang akan menyebabkan kecanduan. Sekali kamu terjun ke alam, maka tuntutan-tuntutan jiwamu akan meronta mengajak pergi ke alam lagi.
Toraja menyuguhkan alam yang sangat damai. Ketenangan-ketenangan masyarakat yang bersahaja bersatu dengan alam yang indah. Tak elak di lereng-lereng bukit terdapat satu dua tongkonan-tongkonan yang di belakangnya terhampar terasering nan asri. Berada di Provinsi Sulawesi Selatan, Toraja masuk ke dalam Kabupaten Tana Toraja yang pusatnya di Makale, selain kabupaten Tana Toraja terdapat juga Toraja Utara dan Toraja Selatan. Toraja Utara berpusat di Rantepao. Orang Toraja mayoritas menganut agama Kristen Protestan yang dipadu dengan adat asli toraja.
Mengunjungi Toraja pada peak season mungkin adalah pilihan waktu yang kurang tepat. Tapi bagi kami orang-orang yang hanya bisa berlibur pada hari libur nasional tentu tak bisa memilih kesemoatan lain, maklum masih CPNS. Tapi tidak mengapa, asal kita mau menikmatinya dan ikhlas maka jadilah nikmat. Tanggal 30 Desember 2017, kami memutuskan berangkat ke Toraja. Meninggalkan hiruk pikuk kota Makassar.
Hal pertama yang kami lakukan setelah tiba di Toraja, tepatnya Rantepao adalah mencari mobil untuk kami sewa kurang lebih 2 hari. Di pasar Rantepao ternyata memang banyak bapak-bapak yang menyewakan mobilnya sekaligus sopirnya. Harga yang dibandrol untuk sewa satu hari lumayan murah untuk harga di musim liburan, menurut saya, harga ada di bawah. menyewa mobil plus sopirnya adalah pilihan yang tepat karena di antara kami tidak ada mengetahui medan. Maka tersewalah 2 mobil untuk 10 orang. Setelahnya kami menuju penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya. Kami menginap di Museum Ne Gandeng di Toraja Utara, sekitar 30 menit dari Rantepao.
Jadi Museum Ne Gandeng ini selain membuka wisata juga menyediakan penginapan. Penginapan berupa Tongkonan (rumah adat Toraja). Harga yang lumayan murah ditambah suasanya yang tenang menjadikan pilihan menginap di Museum Ne Gandeng adalah tepat (Walau ada beberapa anjing yang berkeliaran). Di dalam tongkonan ada sekitar 5 kasur untuk kami tinggali bersepuluh, ada 4 kamar mandi, ada listrik, dan bisa memesan makan di yang jaga Museum Ne Gandeng ini.
Museum Ne Gandeng |
Setelah bersih-bersih dan sedikit mengisi perut, kami melanjutkan untuk berwisata dengan list yang sudah diberikan penjaga Museum Ne Gandeng tadi (penjaganya ramah dan baik hati sekali) dan di mix oleh pemandu sekaligus drivers kami. Uhuy...
1. Desa Tenun Sa'dan To'barana'
Suku Toraja merupakan salah satu suku yang memiliki budaya menenun turun-temurun. Karena berada di pegunungan, benang tenunannya pun cenderung lebih tebal sehingga menghasilkan kain yang sedikit lebih berat dari kain pada umumnya. Selain membuat kain dengan menggunakan alat tenun, suku Toraja pun membuat kain dengan teknik tenun ikat (Tenun Pengikat Kekerabatan Suku Toraja) dan batik (Sarita, Kain Titian ke Surga).Kampung yang terletak di desa Sa'dan Malimbong, 16 kilometer dari Rantepao ini sejak puluhan tahun lalu sudah dikenal kaya akan kerajinan tenunnya. Ada beberapa tongkonan (rumah tradisional) dan alang (lumbung) milik keluarga bangsawan Langi Para'pa, keluarga terpandang yang sudah turun-temurun di sana.
Walau terik matahari yang membuat saya memicingkan mata, kami tetap wonder-wonder akan desa tenun ini. Sekadar bertanya kepada nenek yang sudah sangat tua, beajar meminta benang, berfoto-foto dan memberi beberapa lembar kain atau tas.
P.S tenyata nenek itu sudah terkenal, sudah sering masuk tv. wew
2. Batutumonga
Batutumonga merupakan wilayah yang berlokasi di lereng Gunung Sesean atau berjarak sekitar 24 km dari Kota Rantepao. Gunung Sesean sendiri merupakan gunung tertinggi yang ada di Tana Toraja. Di area lereng gunung tepatnya di Batutumonga, kita bisa melihat keseluruhan Tana Toraja yang asri nan damai.
Di Batutumonga ini kami menyempatkan makan siang dan sholat zuhur. Makan nasi goreng atau indomie dengan pemandangan terasering. Walau beragama non-islam tapi mereka tetap bertoleransi kepada kami untuk meminjamkan ruangan untuk sholat. Terima kasih.
3. Museum Lako' Mata
Nah, kita memasuki inti dari keseluruhan liburan di Toraja ini. Ziarah makam, makam orang Toraja. Begini ceritanya, Toraja memang terkenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan kuat terhadap hal-hal gaib dan mistis. Oleh karena itu, masyarakat Tana Toraja memiliki banyak kebudayaan dan tradisi yang berkaitan dengan mayat, arwah, atau hal-hal mistis lainnya.
Di Toraja terkenal dengan budaya Rambu Solo. Rambu Solo adalah upacara adat kematian masyarakat Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang sakit atau lemah, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.
Puncak dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus. Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir, yaitu di sebuah batu yang dilubangi.
Pemakaman di batu-batu ini sangat banyak di Toraja. Sepanjang perjalanan kemarin banyak sekali dijumpai. Seterjal apapun batunya. Juga dibuatkan replika patung mirip dengan yang dikuburkan. Biasanya yang seperti ini yang memang keturunan raja atau orang yang punya kedudukan tinggi.
Seluruh prosesi pemakaman orang Toraja ini memakan biaya yang tidak sedikit. Muahal sekali, hingga ratusan juta. Misalkan saja setiap upacara harus menyembelih kerbau putih yang harganya beratus-ratus juta. Belum ditambah penembelihan kerbau yang berpuluh-puluh bahkan ada yang menyembelih 100 ekor. Konon katanya semkin tinggi yang dikeluarkan/dikorbankan untuk upacara ini semakin baik posisi/tempat orang yang meninggal diakhirat sana. Tak elak banyak orang Toraja yang merantau mencari uang untuk biaya pemakaman yang super mahal ini.
4. Kuburan anak kecil, Bori Parinding
Sebenarnya kami cuma lewat saja karena hujan sangat deras dan malas berbecek-becek. tapi menurut cerita, makam khusus yang diperuntukkan bagi bayi yang meninggal. Uniknya, makam ini tidak berada di tebing batu selayaknya komplek makam khas di Tana Toraja, melainkan berada di sebuah pohon Tarra. Apabila bayi yang merupakan anak dari warga Tana Toraja meninggal, jenazahnya akan ditanam di dalam tubuh pohon Tarra. Dan konon katanya Pohon Tarra dijadikan makam bayi karena memiliki kandungan cairan berwana putih sebagai pengganti susu ibu untuk bayi yang telah meninggal tersebut. Tidak semua jenazah bayi dapat dikuburkan di pohon ini melainkan hanya bayi yang giginya belum tumbuh. Pasalnya, menurut kepercayaan masyarakat Tana Toraja, bayi yang belum tumbuh gigi dianggap masih suci.
Bori Parinding berlokasi di Kecamatan Sesean dan Lo’ko Mata di Kecamatan Sesean Suloara. Bori Parinding merupakan sebuah kompleks pemakaman kuno yang telah digunakan sejak tahun 1717.
5. Lolai, Negeri di Atas Awan
The most breathtaking moment in this new year. Lolai, negeri di atas awan yang penuh sesak, harap-harap gelombang awan menghampiri dengan secercah cahaya di ujungnya. Berada diketinggian 1.300 MDPL nya Sulawesi! waw sebuah pencapaian (lebay). Layaknya sebuat tempat hitz baru-baru ini, wisata Lolai ini penuh sekali dengan pengunjung. Bahkan ada yang sampai menginap malamnya. Apalagi ditambah diadakannya acara menyambut tahun baru di Tongkonan Tempe di dekat kawasan Lolai ini. Bejibun orangnya. Sekitar pukul 05.30 belum tampah hilal matahari akan tampak. Saya pikir yahh sepertinya hanya akan mendapatkan kabut, tapi e ternyata...ada secercah cahaya muncul membelah kabut. Menyisakan hamparan awan bergelombang dah cahaya matahari yang silau dari kejauhan. Riuh pengunjung mengabadikan moment, berdesak-desakan mencari posisi yang tepat, termasuk saya. Sampai harus bilang, "Permisi, boleh gantian?". Hehe namanya juga usaha, jauh-jauh dari Jogja eh maksudnya Makassar, masa tidak dapat tempat yang bagus.
CMIIW kami datang pukul 04.00 WITA dari Rantepao. Lolai ini berjarak kira-kira 20 km dari Rantepao tempat kami menginap. Jalan menuju Lolai ini juga tidak santai sekali. Sudah kecil, berkelok, terjal lagi. mantap sekali pokoknya. Dibandingin sama jalan ke kebun buah mangunan, Lolai ini lebih mantap.
Tiba saat azan subuh, kami kebingungan cari tempat sholat. Ya, Toraja ini kan mayoritas kristen/khatolik, jadi tempat sholat minim. Akhirnya kami sholat di antara kerumunan orang beralaskan terpal. Bismillah saja.
Yang saya kagumi dari Toraja ini adalah alamnya yang sangat asri. Dipadu dengan budaya yang menakjubkan. Sepanjang perjalanan turun dari Lolai saya tak henti memelototi pemandangannya. MasyaAllah keren banget. Melihat terasering, melihat sawah-sawah yang mau ditanami padi, melihat gereja-gereja menghiasi warna hijaunya toraja dengan warna putihnya, melihat tongkonan yang gagak dan etetik, melihat para petani mulai menggarap sawahnya, melihat orang-orang mulai membuka warung, melihat orang-orang duduk-duduk dipinggir jalan dengan pemandangan yang super damai. Damai sekali.
Investasi bikin villa di sini apa?
Tongkonan Tempe, masih ada pohon natalnya. |
Kembali pada wisata ziarah makam! yuhuuu.... Gak banyak yang saya abadikan, batere kamera habis :(. Ya pada intinya Lemo ini kawasan kuburan batu layaknya di tempat lain di Toraja. Kuburan bangsawan yang ada replika patungnya. Lemo ini sepertinya lebih terkenal karena banyak juga turis mancanegara yang datang.
Oh ya cmiiw lagi, tukang yang membuat lubang di batu ini tidak boleh pulang alias haru tinggal di tempat pembuatan lubang batu sampai lubang batu itu selesai dibuat. Maka, didekat pembuatan makan itu, ada tenda untuk mereka menginap. Tukang pahat ini bisa tinggal berbulan-bulan. wow.
7. Patung Yesus
Patung yesus yang mulai terkenal ini ternyata, 2016 yang lalu telah dikunjungi oleh 1 juta orang pengunjung. Objek wisata itu dibangun tahun 2014 lalu. Ketinggian Patung Yesus itu mengalahkan patung Yesus di Brazil.
Menurut kabar, destinasi wisata religi Patung Yesus Memberkati ini berada di ketinggian 1500 mdpl dan mulai dibuka untuk umum pada pertengahan 2015. Patung setinggi 40 meter yang berdiri di puncak bukit adalah hasil karya permatung asal Bantul, Yogyakarta; Hardo Wardoyo Suarto. Pembangunan kawasan wisata religi Patung Yesus Memberkati pada 2014 menghabiskan biaya 30 miliar. Dan pada 2018 ini telah dibuka "wahana" skywalk, jalan dikaca yang bisa melihat jurang dibawahnya.
8. Londa
Kembali lagi pada wisata Ziarah kuburan batu! Wisata ini seperti tidak ada habisnya haha. Namun ada yang sedikit berbeda di sini. Kuburan batu ini ada Goa nya. Plus ada pemandunya. Londa adalah salah satu gua makam paling popular sebagai tujuan wisata di Tana Toraja. Objek wisata Londa berada di Desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi. Lokasinya kurang lebih 7 kilometer dari selatan Kota Rantepao.
Bapak pemandu. |
Banyak tengkorang yang disim[an di Goa. |
9. Kete' Kesu'
Yak ini adalah wisata terakhir di Toraja. Kete' Kesu. Terkenal dengan deretan tongkonan nya. CMIIW lagi Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja, terdiri dari tumpukan kayu yang dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkon” berasal dari bahasa Toraja yang berarti tongkon “duduk”. Selain rumah, Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan rumah adat ini sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja. Oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena melambangkan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, Tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.
Di Kete' Kesu ini akan ditemui banyak sekali tulang belulang yang berserakan. Karena peti yang digantung di batu udah rapuh maka tulang belulangnya berhamburan ke tanah.
kumpulan gigi kerbau |
Taduk kerbau |
Itu tadi liburan kami di Toraja, penuh wisata sejarah, budaya, dan kuburan. Worth it lah kalo menurut saya. Masih banyak cerita budaya Toraja yang masih bisa di explore. Karena keterbatasan belum bisa saya ceritakan semua. Semoga lain kali masih ada kesempatan ke sini lagi untuk explore lebih jauh. Oh ya, jangan lupa kopi Toraja nya. Kopi yang sudah mendunia dan memang rasanya sedap dan kuat sekali. Pulang ke Makassar saya tidak tidur sama sekali setelah meminum kopi Toraja, delapan jam lhoh.
Eh, lalu mana cerita tahun barunya??? Sesungguhnya pas tahun baru hanya kami habiskan main games tebak-tebakan (lupa namanya, pake aplikasi pokoknya) sambil nge-mie instan di rumah penjaga Ne Gandeng. Setelahnya kami hanya melihat kembang api dan tidur. hehe.
Terima kasih untuk teman-teman Kanwil DJKN Sulseltrabar (Syifa, Ana, Pri, Mukti, Laras, Dhana, Masfa, Mba Chrisna) dan Shinta (KPPN Palopo). Juga para driver pak eka dan pak...lupa. Tabe' Di'.
Itinerary 4D3N
29 Desember 2017
20.30 - 21.30 Menuju Terminal Bus Makassar di Jalan Perintis
21.30 - 07.00 Tiba Di perwakilan Bus Primadona Rantepao
30 Desember 2017 (Explore Toraja Utara)
07.00-08.00 Menuju penginapan di Allota Museum Ne'gandeng
08.00-10.00 Check in, bersih-bersih, istirahat, dan makan
10.00-11.00 Ke tempat tenun To'barana'
11.00-13.00 Makan siang di Batutumonga
13.00-14.30 Wisata Lako' Mata
14.30-15.30 Wisata Kuburan anak-anak (Bori)
15.30-16.00 Menuju Penginapan Ne'Gandeng
31 Desember 2017 (explore Toraja Selatan)
03.00-07.30 menuju dan mengunjungi Lolai (negeri di atas awan)
07.30-09.00 menuju toraja selatan dan mampir beli kopi
09.00-10.00 Wisata Lemo
10.00-12.00 Wisata patung yesus
12.00-14.00 wisata LondaThank
14.00-16.00 kembali ke ne'gandeng
24.00 menikmati malam pergantian tahun baru
01 Januari 2017
06.00-06.30 check out penginapan
07.00-08.30 ke Kete' Kesu
08.30-10.00 Sarapan di Rantepao
10.00-20.00 Perjalanan pulang ke Makassar
Biaya
Bus primadona Makassar-Toraja 160.000/pax
sewa mobil 600.000/hari
Penginapan 650.000/hari
uang sukarela di tenun 50.000 untuk 10 orang
tiket masuk lolai 100.000 untuk 10 orang
tiket masuk patung yesus 80.000 untuk 10 orang
tiket masuk londa
tiket masuk goa
tiket masuk kete' kesu
Sewa mobil Toraja-Makassar 1.750.000
exclude: jajan, makan, dan oleh-oleh
Thanks, see you :)
Sumber:
http://blog.negerisendiri.com
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
i like information
ReplyDelete