Senja ini, ketika matahari turun
Ke dalam jurang-jurangmu
Aku datang kembali
Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
Dan dalam dinginmu
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku
Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
Malam itu ketika dingin dan kebisuan
Menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
“hidup adalah soal keberanian,
Menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah, dan hadapilah”
Dan antara ransel-ransel kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima itu semua
Melampaui batas-batas hutanmu
Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup
Djakarta 19-7-1966
Soe Hok Gie
Pangrango? Lhoh? Eits tunggu dulu tapi ini bukan di Lembah Mandalawangi. Yayaya cerita(salah satunya) memang bermula dari Lembah Mandalawangi, Pangrango. Sejak aku baca "Catatan Seorang Demonstran" dan nonton film "Gie" rasa untuk bertemu lembah edelweis susah untuk dibendung. Tahun ini, 2015, rencananya ingin ke Lembah Mandalawangi. Sudah menjadi target dari awal pergantian tahun, bahkan sudah ditulis dan ditempel di dinding kamar. Namun karena bulan Agustus ini Prangrango-Gede ditutup maka putar balik ke Papandayan(Ada Tegal Alunnya, edelweis). Selain track nya tidak se ekstrem Pangrango juga lebih manusiawi buat pemula. Hm...dan segala pertimbangan lain tentunya.
Cerita berawal dari beberapa Minggu sebelum UAS, dan terlaksana 3 hari setelah UAS(ya memang begitu rencananya). Rencananya kami berangkat tanggal 22 Agustus tetapi kendalapun muncul. Akhirnya kami bernagkat tanggal 23 Agustus. Bintaro-Garut tentungya bukan jarak yang pendek. Pukul 05.30 pagi kita menuju Lebak Bulus. Kami akan menaiki bus Primajasa.
Pukul 07.30 wib bus telah jalan menuju Garut. Sekitar pukul 12.00 wib kurang kami sudah sampai Garut dan harus menaiki angkot menuju ###. Kami langsungkan sholat dzuhur dan sekitar pukul dua siang kami naik ojek ke TWA Papandayan. Photo sebentar dan pemanasan kami langsung jalan.
Kawah gunung Papandayan. Bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam dari camp david. Ada beberapa kawah dan menandakan gunung ini masih aktif.
Waktu kami berangkat banyak pendaki yang sudah turun. Puncak keramainan yaitu weekend. Sehingga waktu kami naik hari Minggu, kami berasa naik sendiri. Sepi. Oh ya, pada 17 Agustus kemarin pengunjung gn. Papandayan mencapai 10.000 orang lho. Bisa dibayangkan padatnya. Dan juga sampahnya.
Cuaca kala itu dingin sekali.Namun kami tidak sempat bertanya berapa derajat. Sehingga kami jarang Minum. Sampai Pondok Salada air minum yang saya habiskan mungkin hanya 600 ml. Walau sebenarnya diwaktu dingin kita harus terus mensuplay air ke dalam tubuh kita.
Di tengah perjalanan kami sempatkan jajan di warung teteh. Makan gorengan dan sebagainnya. Namanya Tempat wisata tentunya banyak yang jualan ya. Sebelum ke sini aku pikir benar-benar gunung, tetapi di camp nya pun ada orang jualan. So, benar-benar tempat wisata.
Kami lanjutkan perjalanan yang mulai menanjak dan berdebu. Sambil cengengesan dan selfie ria tentunya. Menyapa pendaki lain dan diberi semangat. Hahaha....juga sesekali ditanyai, ini cewek semua? Gak ada cowoknya? Lalu Aku jawab, "Ada bapak penjual kok di atas nanti" ( If you know what I mean). Ya, kami cewek-cewek satu kostan. Bagi temtn-temen yang lain susah untuk meyakinkan orang tua mereka bahwa kami aman. Haha.
Pukul tiga sore, awan lumayan biru. Bentar lagi sampai. Oh ya, di Papandayan ini banyak sekali porter, jadi kalo gak kuat biasalah ngrogoh dompet buat bayar porter.
Sampailah kami di *aku gak tau namanya* yang aku tau post lapor. Juga kami bisa pilih mau nge-camp di mana. Dan ternyata memang sudah sepi di atas sini. Beberapa orang saja yang siap-siap untu turun.Kami lanjutkan ke Pondok Salada. Jalan tetap berdebu.
Pemandangan kawah di jauh sana.
Dan tibalah kami di pondok salada. Segeralah kami memilih tempat nge-camp. Pesan bapak-bapak di bawah tadi, pilihlah tempat yang dekat dengan pohon. Karena udara dingin sekali.
Fasilitas pondok Salada, Mushola dan kamar mandi. Ada WC nya pula. jadi ini terlihat seperti sedang pramuka. Bagi orangtua yang dimintai izin anaknya untuk naik gunung Papandayan tidaklah perlu kawatir. Karena fasilitas lengkap.
Setelah mendirikan tenda dan mulai memasak kami sempatkan untuk jalan-jalan sebentar di seputaran pondok Salada. Sedikit edelweis sudah mengobati ingin bertemu edelweis. Tak perlulah ke Tegal Alun karena Di sini juga sudah ada. Tapi sejujurnya aku pengen ke Tegal Alun. Teman pecinta Alam saya bilang gak perlu ke sana karena ya cuman gitu aja. Yaudah aku nurut.
Malam tiba dan kabut sudah turun sejak tadi sore. Kami sudah mengigil. Kami tetap memasak logistik kami. Makan nasi+telur dadar+sayur sup cemilannya oreo goreng. Saat kami dipuncak kegigilan(bahasa apa ini) kami memutuskan mencari api unggun. Nah untungnya bapak warung sebelah habis nyalai n api unggun, kita pakai sajalah bekasnya. Lumayan anget sembari memasak nutrijel dan melihat bintang-bintang yang tidak kami ketemui di Bintaro. Andai ada alat untuk merekam bintang-bintang karena camdig yang kami bawa tidak bisa menangkapnya. Heuheu. Ya, kami lihat milkyway samar-samar.
Tak berapa lama bapak pemilik warung datang dan membawakan kayu. Yeah rezeki anak soleh. Kami tambah hangat malahan kepanasan. Bapak penjualpun bercerita perjuangan beliau merantau dari aceh sampai Merauke. Cerita yang lumayan panjang dan hangat. Pukul 21.00 kami memutuskan tidur. Dan sampai pagi netah kami tidur apa enggak karena kami sangat menggigil. Dua sleeping bag untuk berempat. Hahaha.
Dan cerita berlanjut dengan pengejaran sunrise. Pukul 06.00 wib kami berjalan cepat-cepat menuju hutan mati. Berharap tidak ketinggalan sunrise. Dannnn.....here we now. Breathtaking sekali. Subhanallah.
Setelah kepenatan ujian akhir dan ini kami di sini. Mencari ketenangan dan kedamaian pikiran dan batin. Meninggalkan sejenak masalah dan keraguan yang ada. Ya, Maha Besar Allah.
Mt. Papandayan, 23-24 Asugtus 2015
Amel, Dewanty, Siti, dan Dira
Kami turun dari pondok salada hanya dalam waktu satu jam sepuluh menit. Dan energi kini sudah teisi, memori sudah tersimpan, semoga kita dipertemukan dalam suasana hangat lainnya.
(Dan aku mulai kehilangan kata-kata)
Best experience of the year.
Sekian.
Salam.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
wah seru bangetzz ya gan :D
ReplyDeleteAlhamdullilah, dinginnya juga seru banget wkwk
DeleteSubhanallah indah bangeeettt
ReplyDeleteSubhanallah :)
Delete